Saat ini media penyiaran ke bisnis dan mengabaikan fungsi media sebenarnya sebagai fungsi pendidikan dan informasi kepada masyarakat.
Itu dikemukakan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, Rusdin Tompo saat Talk show hari penyiaran di Auditorium RRI di Jl Riburane, Senin (4/4).
Menurutnya, peran media sangat penting demi membangun citra Sulsel yang saat ini cukup buruk, dengan tayangan-tayangan aksi demonstrasi yang berujung anarkis, sehingga berpengaruh kepada pengusaha-pengusaha yang ingin menanamkan investasinya di Sulsel.
Selain itu, katamya saat ini jumlah frekuensi penyiaran 270 kanal frekuensi, dan yang terisi baru 61 ferkuensi. Artinya radio di Sulsel baru mencapai 30 %, dan ini dipengaruhi masyarakat lebih memilih TV kabel, menonton TV asing, ungkapnya
Asisten II Pemprov Sulsel, Heri Iskandar saat pembukaan menandaskan, pemberitaan sejumlah media penyiaran sangat baik.
Peran media sangat penting demi memperbaiki citra Sulsel yang dikenal anarkis oleh daerah lain.
Ia juga menambahkan investor yang tadinya ingin membuka usaha takut masuk ke Sulsel. Makin banyak investor yang masuk makin banyak lapangan kerja yang terbuka.
Kepala Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI, Rusli Sumara menuturkan untuk menciptakan suasana Sulsel yang tadinya dikenal brutal, pihaknya akan membuka Televisi digital Channel 37 dengan menempatkan acara objek wisata yang ada di Sulsel sehingga menarik para pengunjung masuk ke Sulsel.
Kepala LPP RRI, I Made Ardika menjelaskan untuk pencitraan Sulsel pihaknya membuka forum dialog, mulai dari mahasiswa, Pers, dan Pemerintah bahkan Dialog jejaring bagi masyarakat yang berada di luar Sulsel.
Maya, sekretaris redaksi Makassar TV yang mewakili TV Lokal mengatakan, dari pihaknya sendiri tidak pernah menyiarkan aksi demo yang berujung ke anarkisme, dan hanya menyiarkan isu yang diusung demonstran saja.
(sumber : http://www.ujungpandangekspres.com/index.php?option=read&newsid=64413)
Itu dikemukakan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, Rusdin Tompo saat Talk show hari penyiaran di Auditorium RRI di Jl Riburane, Senin (4/4).
Menurutnya, peran media sangat penting demi membangun citra Sulsel yang saat ini cukup buruk, dengan tayangan-tayangan aksi demonstrasi yang berujung anarkis, sehingga berpengaruh kepada pengusaha-pengusaha yang ingin menanamkan investasinya di Sulsel.
Selain itu, katamya saat ini jumlah frekuensi penyiaran 270 kanal frekuensi, dan yang terisi baru 61 ferkuensi. Artinya radio di Sulsel baru mencapai 30 %, dan ini dipengaruhi masyarakat lebih memilih TV kabel, menonton TV asing, ungkapnya
Asisten II Pemprov Sulsel, Heri Iskandar saat pembukaan menandaskan, pemberitaan sejumlah media penyiaran sangat baik.
Peran media sangat penting demi memperbaiki citra Sulsel yang dikenal anarkis oleh daerah lain.
Ia juga menambahkan investor yang tadinya ingin membuka usaha takut masuk ke Sulsel. Makin banyak investor yang masuk makin banyak lapangan kerja yang terbuka.
Kepala Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI, Rusli Sumara menuturkan untuk menciptakan suasana Sulsel yang tadinya dikenal brutal, pihaknya akan membuka Televisi digital Channel 37 dengan menempatkan acara objek wisata yang ada di Sulsel sehingga menarik para pengunjung masuk ke Sulsel.
Kepala LPP RRI, I Made Ardika menjelaskan untuk pencitraan Sulsel pihaknya membuka forum dialog, mulai dari mahasiswa, Pers, dan Pemerintah bahkan Dialog jejaring bagi masyarakat yang berada di luar Sulsel.
Maya, sekretaris redaksi Makassar TV yang mewakili TV Lokal mengatakan, dari pihaknya sendiri tidak pernah menyiarkan aksi demo yang berujung ke anarkisme, dan hanya menyiarkan isu yang diusung demonstran saja.
(sumber : http://www.ujungpandangekspres.com/index.php?option=read&newsid=64413)