Menyebut Bumi Tana Doang berarti ingatan kita akan  tertuju pada Kabupaten Kepulauan Selayar. Bumi Tana Doang berarti bumi  tempat memohon kepada Yang Mahakuasa. 
Secara geografis kabupaten ini terpisah lautan dengan ibu kota Sulawesi Selatan sehingga tidak berlebihan jika kabupaten yang juga dijuluki nama Kabupaten Maritim ini batas wilayah administratifnya adalah laut.
Secara geografis kabupaten ini terpisah lautan dengan ibu kota Sulawesi Selatan sehingga tidak berlebihan jika kabupaten yang juga dijuluki nama Kabupaten Maritim ini batas wilayah administratifnya adalah laut.
Menjelajahi daerah ini, banyak hal menarik yang bisa  ditemui. Justru karena kabupaten ini dipisahkan lautan, maka pemerintah  daerah Kabupaten Selayar harus selalu siap dengan program-program yang  inovatif agar mampu mandiri dan tidak tertinggal dengan daerah lainnya.
Program-program inovatif sepertinya sudah siap  menyambut pada saat peneliti menginjakkan kaki di kabupaten yang  memiliki panjang 100,5 km dan lebar 30 km ini. Sambutan yang hangatpun  terasa saat ketua Bappeda mempersilahkan peneliti menuju ruang rapat  asisten I. Disanalah peneliti akan mendengarkan pemaparan para kepala  dinas, kepala kantor, dan kepala bagian. Keseriusan, dukungan, dan  antuasiame kabupaten ini terhadap kegiatan FIPO sangat jelas terlihat.
Kabupaten yang memiliki 123 pulau besar dan kecil ini  rupanya menyimpan banyak program inovatif. Sebutlah program Segitiga  Wisata, menuju Kabupaten Koperasi, Pemerataan Ekonomi Terpadu Masyarakat  Mikro, Pendidikan Anak Pulau, Kabupaten Sayang Ibu, Jemput Bola Gratis  Non-Perizinan dan Sweeping KTP, Indeks Survey Pengaduan Masyarakat dalam  Metode Manual Praktis, Pemberdayan Partisipasi Masyarakat dalam  Pembangunan Desa, Energi Alternatif melalui PLTB, PLTA, PLTS,  Penyulingan Air Laut menjadi Air Tawar, dan program Usaha Ekonomi  Produktif Perempuan.
Program Pemerataan Ekonomi Terpadu Masyarakat Mikro,  misalnya, merangkum jenis-jenis bantuan yang diterima masyarakat di  Kepulauan Selayar. KUBE, UEP, BLM-PUAP, LKM, LPSTK, bantuan peralatan,  serta pelatihan keterampilan adalah serangkaian bantuan yang dikucurkan  pemerintah daerah dan didukung bantuan dari propinsi dan pusat. Jika  bantuan-bantuan tersebut tepat waktu dan tepat sasaran, dipastikan  daerah ini akan betul-betul mampu memaknai makna otonomi daerah yang  sebenarnya.
Hal menarik lainnya adalah kebersamaan. Disaat makna  kegotongroyongan antar warga mulai pudar, daerah ini, terutama di jaring  pedesaan, justru masih tetap teguh memegang simpul kebersamaan ini.  Jimpitan, misalnya, yang tak lekang di makan waktu. Tradisi ibu-ibu  mengumpulkan beras sejimpit demi sejimpit dan digunakan untuk kebutuhan  warga yang mengalami musibah terus bertahan hingga kini. Demikian pula  Pondok Sayang Ibu yang menjadi tempat persinggahan sementara bagi ibu  yang akan melahirkan masih banyak ditemui di desa-desa.
Proyek pedesaan yang didanai oleh DAU desa juga  menunjukkan kebersamaan warga. Kucuran DAU desa sebesar 10% dari DAU  kabupaten nyatanya belum cukup dalam membangun sarana dan prasarana  fisik desa. Untuk mensiasati keterbatasan dana, keterlibatan masyarakat  dalam proyek desa sangatlah dibutuhkan. Sering terjadi keterlibatan  masyarakat ini jauh lebih besar dari dana yang tersedia jika  dikalkulasikan dalam rupiah.
Pelayanan kesehatan juga memperlihatkan tren yang  menarik. Bermula dari keluhan masyarakat atas kurangnya tenaga kesehatan  yang melakukan shift jaga di rumah sakit. Akhirnya keluarlah kebijakan  untuk memberikan insentif bagi semua tenaga kesehatan yang melakukan  shift jaga di luar jam dinas mereka sebagai PNS. Meski terdengar klasik,  tapi ternyata kebijakan ini menjadi senjata ampuh untuk mengatasi  keluhan masyarakat. Akhirnya kedua belah pihak mendapatkan sisi positif  dari kebijakan tersebut. Alat-alat kesehatan yang serba modern dan  mulanya hanya dapat ditemukan di RS. Wahidin Sudirohusodo kini terdapat  pula di kabupaten yang baru-baru ini menyelenggarakan Expedisi Taka  Bonerate.
Layanan pendidikan pun menyajikan hal menarik. Guru  yang sering mangkir dari tugasnya karena berada di tempat lain menjadi  cerita usang karena terjadi di hampir setiap tempat di Sulawesi Selatan.  Ini tentunya menjadi episod kelam bagi dunia pendidikan kita yang  sampai sekarang masih membutuhkan tenaga pendidik.
Di wilayah Kepulauan Selayar, tingkat kemangkiran  guru sangat jelas di wilayah kepulauan. Untuk mengurangi hal tersebut,  Selayar melakukan mutasi. Mutasi guru jelas belum memungkinkan karena  kurangnya tenaga pengajar. Yang dimutasi justru kepala sekolah. Kepala  sekolah yang memiliki keluarga di wilayah daratan dimutasi dan  digantikan oleh guru yang memenuhi persyaratan sebagai kepala sekolah  dan notabene adalah anak pulau di mana dia bekerja. Sang kepala sekolah  dijadikan pengawas sekolah di wilayah daratan. Kebijakan ini efektif  mencegah mangkirnya guru-guru pulau karena kehadiran kepala sekolah  setiap waktu merem langkah mereka.
Penggunaan energi alternatif juga mewarnai penemuan  peneliti di daerah ini. Ada tiga alternatif energi yang bisa  dikembangkan; pembangkit listrik tenaga air (pico hydro), pembangkit  listrik tenaga surya (PLTS), atau pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).  Selain itu, selama beberapa tahun terakhir ini daerah ini juga mampu  menyulap pulau tak berair tawar menjadi daerah air melalui penyulingan  air laut menjadi air tawar.
Perizinan daerah yang kaya akan pohon kelapa ini juga  memperlihatkan hal yang menarik. Beberapa item non perizinan, seperti  KTP dan KK digratiskan. Tentu saja hal ini adalah kebijakan yang  pro-rakyat, terlebih lagi bagi Selayar yang masih masuk dalam aktegori  daerah tertinggal secara nasional. Nampaknya pemerintah daerah melalui  dinas Catatan Sipil tidak berhenti begitu saja. Kedua jenis layanan yang  digratiskan tersebut malah dibuatkan kebijakan jemput bola gratis.  Artinya, pemda Selayar benar-benar menaruh perhatian terhadap layanan  yang tidak memberikan kontribusi tersebut.
Lebih jauh lagi, Dinas Catatan Sipil bahkan  menggandeng aparat kepolisian untuk mengadakan razia KTP. Masyarakat  yang terjaring dan tidak memiliki KTP akan dibuatkan formulir permohonan  KTP. KTP yang sudah selesai akan diantarkan oleh pegawai dari dinas  Capil tanpa biaya apapun.
Berbagai penemuan di atas menunjukkan betapa Selayar  yang nun berjarak ratusan kilometer ternyata mampu berjalan meski hanya  selangkah demi selangkah namun terlihat perubahan yang terjadi. Kita  hanya mampu berharap beberapa tahun ke depan, kabupaten kepulauan ini  bisa lebih maju lagi. Suara rakyat di pilkada tahun depan juga  menentukan akan di bawa berlayar ke mana Kepulauan Selayar ini, ke hulu  atau ke hilir. Sumber/referensi : http://mylaffayza.blogspot.com/2010/03/melongok-program-program-inovatif.html
