Bangunan Istana Balla Lompoa, salah satu situs peninggalan Kerajaan Gowa, mulai lapuk. Revitalisasi yang dilakukan sejak 2009 untuk membenahi tempat ini belum menyentuh bagian rumah utama yang dahulu menjadi tempat tinggal Raja Gowa.
Balla Lompoa yang terletak di jalan poros Sungguminasa, Kabupaten Gowa, merupakan rumah kayu yang dibangun pada 1936. Raja Gowa XXXVI, Andi Idjo Karaeng Lalolang terakhir kali menempati tempat ini.
Rumah kayu ini sempat direhabilitasi tahun 1978 hingga 1980. Kendati demikian, rumah utama yang dulunya digunakan untuk menerima tamu raja dan menyimpan benda-benda pusaka mulai lapuk. Langit-langit di tiga titik sudah menganga dan hampir lepas, salah satunya di ruang utama.
Balla Lompoa yang difungsikan sebagai museum ini menyimpan koleksi pakaian adat, senjata, dan keramik-keramik dari abad XVII. Namun petugas museum Amir Daeng Tarru mengatakan tidak tahu persis berapa jumlah koleksinya. " Dari dulu memang tidak ada daftarnya," ujarnya, Kamis (10/2/2011).
Tidak semua koleksi juga diberi keterangan nama dan fungsinya. Di sebuah almari kaca, misalnya, tersimpan cawan, gelas, dan kendi berwarna tembaga. Namun tidak ada keterangan sedikitpun jenis koleksi, bahan, dan fungsinya.
Yang juga membingungkan ialah tak adanya catatan pengantar soal Balla Lompoa yang merupakan replika istana Kerajaan Gowa. Istana pertama yang dibangun sebenarnya terletak di kawasan Tamalate.
Balla Lompoa direvitalisasi sejak 2009 dengan biaya hampir Rp 15 miliar. Tahap pertama ialah membenahi kawasan dan halaman, kemudian tahap kedua bertujuan mengangkat istana setinggi tiga meter.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa Andi Rimba Alam Pangerang mengemukakan, pembenahan ruang utama akan dilakukan pada tahap ketiga tahun 2012. " Baru tahun depan kami akan memperbaiki istana bagian dalamnya," kata Andi Rimba.
Di samping Balla Lompoa saat ini terdapat Istana Tamalate, yakni gedung pertemuan dari kayu yang berbentuk rumah panggung. Rencananya Balla Lompoa dan Istana Tamalate akan dihubungkan dengan sebuah bangunan kayu yang baru pada revitalisasi tahap ketiga.
Balla Lompoa yang terletak di jalan poros Sungguminasa, Kabupaten Gowa, merupakan rumah kayu yang dibangun pada 1936. Raja Gowa XXXVI, Andi Idjo Karaeng Lalolang terakhir kali menempati tempat ini.
Rumah kayu ini sempat direhabilitasi tahun 1978 hingga 1980. Kendati demikian, rumah utama yang dulunya digunakan untuk menerima tamu raja dan menyimpan benda-benda pusaka mulai lapuk. Langit-langit di tiga titik sudah menganga dan hampir lepas, salah satunya di ruang utama.
Balla Lompoa yang difungsikan sebagai museum ini menyimpan koleksi pakaian adat, senjata, dan keramik-keramik dari abad XVII. Namun petugas museum Amir Daeng Tarru mengatakan tidak tahu persis berapa jumlah koleksinya. " Dari dulu memang tidak ada daftarnya," ujarnya, Kamis (10/2/2011).
Tidak semua koleksi juga diberi keterangan nama dan fungsinya. Di sebuah almari kaca, misalnya, tersimpan cawan, gelas, dan kendi berwarna tembaga. Namun tidak ada keterangan sedikitpun jenis koleksi, bahan, dan fungsinya.
Yang juga membingungkan ialah tak adanya catatan pengantar soal Balla Lompoa yang merupakan replika istana Kerajaan Gowa. Istana pertama yang dibangun sebenarnya terletak di kawasan Tamalate.
Balla Lompoa direvitalisasi sejak 2009 dengan biaya hampir Rp 15 miliar. Tahap pertama ialah membenahi kawasan dan halaman, kemudian tahap kedua bertujuan mengangkat istana setinggi tiga meter.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gowa Andi Rimba Alam Pangerang mengemukakan, pembenahan ruang utama akan dilakukan pada tahap ketiga tahun 2012. " Baru tahun depan kami akan memperbaiki istana bagian dalamnya," kata Andi Rimba.
Di samping Balla Lompoa saat ini terdapat Istana Tamalate, yakni gedung pertemuan dari kayu yang berbentuk rumah panggung. Rencananya Balla Lompoa dan Istana Tamalate akan dihubungkan dengan sebuah bangunan kayu yang baru pada revitalisasi tahap ketiga.